ORARI Pusat

Simulasi Kesiapan Jaringan Dukungan Komunikasi Radio Kebencanaan, DITJEN SDPPI

Direktorat Jenderal Sumber Daya Dan Perangkat Pos Dan Informatika (SDPPI), Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menggelar Simulasi Kesiapan Jaringan Dukungan Radio Kebencanaan di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Jl. Raya Serang No.KM.32, RW.No.212, Sumur Bandung, Kec. Jayanti, Kabupaten Tangerang, Banten 15610, Kamis (8/12/2022).

Acara ini dihadiri oleh Pemangku Kepentingan yang terkait dengan penatalaksanaan Komunikasi Kebencanaan (Emergency Communications), dan bertujuan untuk membangun sinergitas, soliditas serta keseragaman  komunikasi pada Alokasi Frekuensi Kebencanaan (Distress Frequency Allocation).

Dwi Handoko, Direktur Pengendalian Sumber Daya dan Perangkat Pos & Informatika, membuka acara tersebut  saat bertindak sebagai Pembina Apel kepada peserta yang hadir. Dalam arahannya, Dwi Handoko menuturkan, “Peranan Amatir Radio baik dari ORARI maupun RAPI adalah sangat penting dalam mitigasi melalui jaringan radio konvensional. Pemerintah mengapresiasi relawan-relawan dari Amatir  Radio yang telah bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana yang yang terjadi di Indonesia”. Dalam wawancara terpisah, Dwi Handoko  menambahkan, “Pada situasi bencana, dimana jaringan komunikasi lumpuh, peran Amatir Radio sangat Crucial (Penting) untuk menunjang komunikasi dengan institusi lainnya seperti, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) atau BASARNAS (Badan SAR Nasional). Untuk memaksimalkan kerjasama tersebut, kami  juga mempersiapkan fasilitas saluran komunikasi melalui frekuensi tertentu, agar mitra-mitra lainnya yang selama ini terlibat dalam penanggulangan bencana dapat terkoneksi dengan baik”. Pungkasnya.

Djoko Marjono Susilo/YB1TJ, Ketua Bidang Operasi dan Teknik (KBOT) ORARI Pusat yang hadir dalam acara ini menyatakan, “Adanya Frekuensi Kebencanaan yang disediakan oleh SDPPI dapat digunakan oleh seluruh pihak yang berkepentingan dalam menangani bencana (BNPB, BPBD, BASARNAS, ORARI, RAPI, RELAWAN, KEPOLISIAN, TNI, KEMENSOS). Namun perlu adanya pengaturan tanda panggil (Call Sign) kebencanaan agar lebih tertib”. Djoko menambahkan, “Alokasi frekuensi utama untuk DUKOMRAD (Dukungan Komunikasi Radio) Kebencanaan adalah 9.905 kHz (High Frequency/HF) dan TX. 159.200 MHz – RX. 165.850 MHz (Very High Frequency/VHF). Sedangkan Frekuensi Cadangan (Backup Frequency) yaitu 13.952.5 kHz (HF) dan TX. 159.325 MHz -RX.165.450 MHz. (VHF).

 

 

Suryono Adisoemarta/YD0NXX, Bagian Komunikasi Satelit dari ORARI Pusat, pada saat mendemontrasikan perangkatnya pada acara ini menyampaikan, “Komunikasi melalui Satelit sangat diandalkan pada situasi bencana. Negara kita rawan bencana karena terletak di ring of fire secara geografis dunia. Rekan-rekan Amatir Radio yang tergabung dalam CORE (Communication And Rescue), diharapkan berlatih untuk menggunakan Satellite sebagai jalur komunikasi, jika suatu saat dibutuhkan”. Suryono menambahkan, “Perangkat komunikasi melalui Satellite LAPAN-A2/LAPAN-ORARI (IO-86) adalah sangat sederhana, hanya dengan 2 buah HT (Handheld Transceiver) serta Arrow Satellite Antenna. Namun para pengguna harus memahami jadwal Satellite, Posisi/Elevasi Satellite, Arah Tracking, serta Pergeseran Frekuesi akibat Effect Doppler”. Imbuhnya.

Agus Winarno/YB1TDL dari ORARI Lokal  KotaTangerang Selatan yang turut serta dalam Simulasi ini menyatakan, “Para Anggota ORARI yang terlibat dalam Communication and Rescue (CORE), harus berfokus pada Komunikasi Kebencanaan yang sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang telah ditetapkan. Tatacara berkomunikasi harus diperhatikan, karena tidak sama dengan QSO pada umumnya”. Disela-sela kesibukannya pada saat memasang Emergency Antenna, Agus Winarno menambahkan, “ Radio serta antenna yang dipergunakan pada alokasi Frekuensi Kebencanaan harus diatur (Setting) secara baik, agar dapat berfungsi secara maksimal”. Tutupnya.

Pengurus ORARI Daerah (ORDA) Banten yang diwakili oleh Rana Putra/YB1RAP dan Rachmad/YB1RKZ pada kegiatan ini menerangkan, “Perlu adanya edukasi dan sosialisasi Komunikasi Kebencanaan (Emergency Communication) secara menyeluruh. Sebagai cadangan komunikasi Nasional, Anggota ORARI diwajibkan untuk memahami peran sertanya saat terjadi bencana. Mereka menambahkan, “Karena melibatkan komunikasi antar Organisasi/Institusi pada saat bencana, SDPPI sebagai stake holder perlu menyusun prosedur komunikasi dalam bentuk Flow Chart agar lebih tertib dan efisien”.

YC1RDH/MU

Translate »