YOTA

Pita UHF 2.4 GHz, SHF dan EHF Terancam!  YOTA Indonesia mengkritisi RKM KOMDIGI

Menanggapi konsultasi publik Rancangan Keputusan Menteri Komunikasi dan Digital tentang Standar Teknis Perangkat Radio Amatir yang di rilis oleh KOMDIGI pada 18 November 2024, Youngsters On The Air Indonesia turut andil dalam peninjauan kebijakan tersebut.

Hal ini berkaitan dengan keberlangsungan eksistensi amatir radio Indonesia dalam bereksperimen dan berkomunikasi  pada frekuensi UHF 13 cm (2.4 GHz) dan SHF 3 cm (10 GHz). Dari Rancangan Keputusan Menteri yang dirilis pada web Postel, pita frekuensi tersebut tidak dimasukan sebagai alokasi frekuensi perangkat radio amatir.

Frekuensi perangkat radio amatir yang tertera pada tabel RKM terbatas hingga 1.3 Ghz saja, padahal amatir radio Indonesia aktif menggunakan pita frekuensi 2.4 GHz ke atas, khususnya pada komunikasi satelit geostasioner QO-100 di mana downlink dan uplink satelit tersebut di atas 1.3 Ghz. Tentu ini menjadi polemik baru jika KOMDIGI mengesahkan RKM ini.

Dari isu yang beredar, penghapusan pita frekuensi ini dikarenakan di Indonesia masih sepi pengguna, tentu ini menjadi sebuah alasan yang kurang ideal sebab kegiatan amatir radio di pita UHF dan SHF adalah secondary, bukan pita frekuensi utama untuk berkomunikasi antar amatir radio. Alokasi frekuensi ini lebih sering digunakan untuk komunikasi eksperimen dan juga untuk keperluan observasi antariksa yang memang memiliki segmen pengguna sedikit.

Meskipun UHF dan SHF ini memiliki segmen pengguna yang minim di Indonesia, masalah ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di Indonesia saat ini. Dari masalah ini YOTA Indonesia mengirimkan surat keberatan atas Rancangan Keputusan Menteri ini dengan poin alasan sebagai berikut:

Penggunaan Pita UHF 13 cm (2.4 GHz) dan SHF 3 cm (10 GHz).

YOTA Indonesia aktif menggunakan pita frekuensi UHF 13 cm pada 2.4 GHz dan SHF 3 cm pada 10 GHz untuk komunikasi amatir melalui satelit QO-100. Aktivitas ini memungkinkan komunikasi lintas benua dan memperkuat kolaborasi internasional, serta memberikan pengalaman praktis dalam pengembangan teknologi komunikasi bagi generasi muda.

Eksperimen pada Pita SHF dan EHF untuk Mendukung Riset Nasional.

Penggunaan pita SHF dan EHF sangat penting untuk mendukung kemajuan riset nasional. Penggunaan frekuensi tinggi ini relevan dalam berbagai bidang seperti komunikasi satelit, teknologi gelombang milimeter, hingga penelitian atmosfer dan ruang angkasa.

Generasi muda di YOTA Indonesia melihat eksperimen pada pita SHF dan EHF sebagai peluang untuk berkontribusi dalam pengembangan teknologi komunikasi masa depan, termasuk teknologi 5G, radar, dan komunikasi optik. Dengan akses lebih luas pada pita ini, komunitas amatir dapat menjadi mitra strategis dalam mendorong inovasi teknologi di Indonesia.

Alokasi pita frekuensi ini juga mendukung riset dan eksperimen mahasiswa di bidang telekomunikasi. Sebagai contoh, pita ini telah digunakan dalam penelitian oleh mahasiswa Teknik Telekomunikasi, termasuk kontak pertama melalui satelit QO-100, yang telah diulas oleh media internasional dalam artikel AMSAT-UK.

Konsistensi dengan Standar Internasional.

Pita frekuensi UHF 13 cm, SHF, dan EHF diakui secara internasional sebagai bagian dari alokasi amatir radio oleh ITU-R. Mengakomodasi pita ini memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam tren global, sekaligus memperkuat posisi nasional dalam ekosistem riset dan teknologi komunikasi.

Peran Generasi Muda dalam Inovasi Teknologi

Eksperimen pada pita ini membekali generasi muda dengan keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk bersaing di era industri 4.0, sekaligus menjadi sarana edukasi dan motivasi.

Dari alasan tersebut, YOTA Indonesia mengharapkan peninjauan ulang Rancangan Keputusan Menteri ini, meskipun belum ada pengaturan ulang band plan radio amatir di Indonesia secara formal oleh SDPPI dari PERMENKOMINFO NO 17 Tahun 2018, RKM ini menjadi bibit penghapusan alokasi UHF dan SHF karena sudah terbatas terlebih dahulu dari limit kerja perangkat radio yang terstandar.

YOTA Indonesia selalu aktif menggunakan frekuensi ini dalam kegiatanya, tercatat pada event Youngsters On The Air Internasional  yaitu December YOTA Month, Tim YOTA Indonesia melakukan aktivasi portable Satelit QO-100 di Bandung, kemudian pada acara YOTA Camp di Thailand, delegasi Indonesia aktif berkomunikasi via satelit QO-100 pada mode SSB, Digital dan CW, selain itu eksperimen perangkat komunikasi QO-100 di Indonesia yang pertama kali juga diinisiasi oleh anggota YOTA Indonesia yang bereksperimen untuk tugas akhir perkuliahanya di Telkom University 2021 silam.

Untuk itu kami meminta dukungan anggota ORARI Indonesia untuk turut memberikan masukan atas RKM KOMDIGI ini, berikut kami lampirkan data berikut:

Konsultasi Publik RKM – POSTEL.GO.ID

Tanggapan YOTA ID terhadap RKM Standar Teknis Perangkat Radio Amatir

 

Demikian disampaikan,
Atas nama Youngsters On The Air Indonesia,
Muhammad Rayhan Syah – YC5NCM

Translate »